Otoritas Pengatur Perdagangan Berjangka Komoditas (Bappebti) Kementerian Perdagangan telah menemukan bahwa volume perdagangan aset kripto mencapai Rp 249,3 triliun dari Januari hingga Agustus 2022. Angka ini turun 56,35% dibandingkan periode yang sama tahun lalu year-on-year.
Ketidakpastian global mengkhawatirkan pasar kripto. Dalam keterangan resmi, Teguh Kurniawan Harmanda, CEO Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrind) mengatakan, “Kejutan sistem keuangan global” bisa berdampak besar pada pasar kripto.
Kejutannya adalah situasi makroekonomi yang bergejolak, karena resesi dan pemanasan geopolitik, yang dapat menyebabkan kondisi musim dingin yang membingungkan,” tambahnya.
Teguh, yang juga menjabat sebagai COO Tokocrypto, mengatakan penurunan nilai perdagangan cryptocurrency juga secara inheren terkait dengan kebijakan moneter AS, yang telah meredam antusiasme investor. Faktanya, Amerika Serikat memiliki volume perdagangan Bitcoin terbesar di bursa manapun.
Baca juga Menilik Kebijakan yang Tepat Atas Cryptocurrency
Menurutnya, pengetatan kebijakan Fed menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi dapat mengancam pasar kripto. Suku bunga naik, harga komoditas naik, dan daya beli menurun, membuat investor menjauh dari pasar. “Kenaikan harga bahan pokok membuat investor menunggu, dan ini mulai terasa di Indonesia,” katanya.
Menurut data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), volume perdagangan cryptocurrency domestik Januari-Agustus 2022 mencapai Rp249,3 triliun, turun sebesar 56,35% dari periode yang sama tahun lalu.
Padahal, total nilai transaksi cryptocurrency di Indonesia tahun lalu mencapai Rp 859,5 triliun. Dalam hal jumlah investor, Indonesia memiliki 16,1 juta pelanggan kripto per Agustus 2022, atau rata-rata 725.000 pelanggan terdaftar per bulan. Artinya, jumlah investor cryptocurrency di Indonesia terus bertambah.
Baca juga Pemerintah Raup Rp 48 M Dari Pajak Kripto
Ia meyakini penurunan pasar kripto juga dapat didorong oleh kebijakan moneter AS, meskipun data statistik menunjukkan AS memiliki volume perdagangan Bitcoin tertinggi di bursa.
Kemudian disebutkan bahwa Istilah cryptocurrency dan blockchain akan memiliki dampak yang luas dan kuat di berbagai bidang, termasuk dalam konteks makroekonomi. Alasannya, cryptocurrency mengubah pola lama regulasi komersial dari institusi negara menjadi institusi pasar dan komunitas.









