Piutang merupakan salah satu elemen penting yang berpengaruh pada arus kas suatu perusahaan. Piutang adalah hak perusahaan untuk menerima pembayaran dari pihak lain atas transaksi kredit. Namun, dalam praktiknya tidak semua piutang dapat ditagih dengan lancar, sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut perusahaan dapat mengatur kebijakan secara khusus, misalnya dengan menetapkan penyisihan cadangan piutang tak tertagih.
Secara Akuntansi hal tersebut sangat lazim dilakukan, tetapi dalam sudut pandang pajak tidak semua dana cadangan dianggap dapat dianggap sebagai biaya. Hanya perusahaan yang kelaziman usahanya di bidang keuangan yang diperbolehkan untuk membebankan cadangan kerugian piutang. Sementara untuk perusahaan non keuangan tidak boleh membebankan cadangan kerugian piutang. Berikut adalah penjelasan lebih lengkapnya versi Pajakku.
Tentang PMK 219 Tahun 2012
Untuk memberikan kepastian hukum bagi perusahaan dalam pembebanan cadangan piutang tak tertagih sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, pemerintah Indonesia mengeluarkan PMK No. 219/PMK.011/2012 tentang Daftar Tarif Cadangan Piutang Tak Tertagih yang Boleh Dibebankan. Peraturan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menyelaraskan pengakuan biaya untuk keperluan perpajakan dengan praktik akuntansi yang lazim digunakan dalam bisnis.
Baca juga: 4 Golongan Pembagian Kualitas Piutang Pajak
Dana Cadangan Piutang Tak Tertagih yang boleh dibebankan Menurut Pasal 9 ayat (1) huruf C UU PPh
1. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain meliputi:
- Menyalurkan kredit
- Sewa guna usaha dengan hak opsi
- Pembiayaan konsumen
- Perusahaan anjak piutang
2. Cadangan untuk usaha asuransi (termasuk cadangan bantuan sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
3. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan
4. Cadangan biaya reklamas untuk usaha pertambangan
5. Cadangan biaya penanaman kembali bagi usaha kehutanan
6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri bagi usaha pengolahan limbah industri
Daftar Tarif Cadangan Piutang Tak Tertagih
Berdasarkan pasal 9 ayat (1) huruf c UU PPh, Menteri Keuangan menerbitkan PMK No. 81 Tahun 2009, yang kemudian direvisi dengan PMK 219 Tahun 2012, yang mengatur lebih rinci persyaratan dana cadangan yaitu sebagai berikut:
A. Bank Umum
|
Tarif |
DPP |
|
1% |
Dari piutang dengan kualitas lancar, tidak termasuk sertifikat Bank Indonesia dan Surat Utang Negara |
|
5% |
Dari piutang dengan kualitas dalam perhatian khusus setelah dikurangi nilai agunan |
|
15% |
Dari piutang kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan |
|
50% |
Dari piutang dengan kualitas diragukan setelah dikurangi nilai agunan |
|
100% |
Dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi nilai agunan |
B. Bank Umum Prinsip Syariah
|
Tarif |
DPP |
|
1% |
Dari piutang dengan kualitas lancar, tidak termasuk sertifikat Wadiah Bank Indonesia dan surat berharga berdasarkan prinsip syariah |
|
5% |
Dari piutang dengan kualitas dalam perhatian khusus setelah dikurangi nilai agunan |
|
15% |
Dari piutang kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan |
|
50% |
Dari piutang dengan kualitas diragukan setelah dikurangi nilai agunan |
|
100% |
Dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi nilai agunan |
C. Bank Perkreditan Rakyat
|
Tarif |
DPP |
|
0,5% |
Dari piutang dengan kualitas lancar, tidak termasuk sertifikat Bank Indonesia |
|
10% |
Dari piutang dengan kualitas kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan |
|
50% |
Dari piutang dengan kualitas diragukan setelah dikurangi nilai agunan |
|
100% |
Dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi nilai agunan |
D. Bank Perkreditan Rakyat dengan Prinsip Syariah
|
Tarif |
DPP |
|
0,5% |
Dari piutang lancar, tidak termasuk sertifikat Wadiah Bank Indonesia |
|
10% |
Dari piutang dengan kualitas kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan |
|
50% |
Dari piutang dengan kualitas diragukan setelah dikurangi nilai agunan |
|
100% |
Dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi nilai agunan |
E. Koperasi Simpan Pinjam
|
Tarif |
DPP |
|
0,5% |
Dari piutang dengan kualitas lancar |
|
10% |
Dari piutang dengan kualitas kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan |
|
50% |
Dari piutang dengan kualitas diragukan setelah dikurangi nilai agunan |
|
100% |
Dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi nilai agunan |
F. PT Permodalan Nasional Madani (Persero)
|
Tarif |
DPP |
|
2,5% |
Dari piutang dengan perhatian khusus setelah dikurangi nilai agunan |
|
5% |
Dari piutang kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan |
|
50% |
Dari piutang dengan kualitas diragukan setelah dikurangi nilai agunan |
|
100% |
Dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi nilai agunan |
G. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia
|
Tarif |
DPP |
|
1% |
Dari piutang dengan kualitas lancar |
|
5% |
Dari piutang dengan kualitas dalam perhatian khusus setelah dikurangi nilai agunan |
|
15% |
Dari piutang kualitas kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan |
|
50% |
Dari piutang dengan kualitas diragukan setelah dikurangi nilai agunan |
|
100% |
Dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi nilai agunan |
H. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur
|
Tarif |
DPP |
|
1% |
Dari piutang dengan kualitas lancar |
|
5% |
Dari piutang dengan kualitas dalam perhatian khusus setelah dikurangi nilai agunan |
|
15% |
Dari piutang kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan |
|
50% |
Dari piutang dengan kualitas diragukan setelah dikurangi nilai agunan |
|
100% |
Dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi nilai agunan |
I. PT. Perusahaan Pengelola Aset
|
Tarif |
DPP |
|
15% |
Dari piutang kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan |
|
50% |
Dari piutang dengan kualitas diragukan setelah dikurangi nilai agunan |
|
100% |
Dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi nilai agunan |
Baca juga: PMK 137 Terbit, Bahas Pengurusan Piutang Daerah Macet
J. Perusahaan Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi
|
Tarif |
DPP |
|
2,5% |
Dari nilai rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang |
K. Perusahaan Pembiayaan Konsumen
|
Tarif |
DPP |
|
5% |
Dari nilai rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang |
L. Perusahaan Anjak Piutang
|
Tarif |
DPP |
|
5% |
Dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang |
M. Perusahaan Asuransi Kerugian
|
Tarif |
DPP |
|
40% |
Dari jumlah premi tanggungan sendiri yang diterima dalam tahun pajak |









