Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data inflasi terbaru untuk periode Januari 2024. Menurut catatan BPS, inflasi pada Januari 2024 tercatat sebesar 0,04% sehingga secara tahunan (year-on-year) menjadi 2,57%. Angka tersebut menjadikan bulan Januari 2024 menjadi periode dengan inflasi terendah dalam 5 tahun terakhir.
Menurut Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, perkembangan inflasi yang terjaga merupakan hasil dari kebijakan moneter dan sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan pemerintah dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) lewat penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
Erwin memberikan rincian inflasi inti pada Januari 2024 tetap terjaga di angka rendah yaitu sebesar 0,20% month-to-month, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi inti bulan sebelumnya sebesar 0,14% month-to-month. Perubahan angka inflasi inti disumbang oleh komoditas emas perhiasan, biaya sewa rumah, serta biaya kontrak rumah. Secara tahunan, inflasi inti Januari 2024 berada pada posisi 1,68% year-on-year, lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,80% year-on-year.
Baca juga: Inflasi dan Kontraksi Ekonomi
Untuk inflasi kelompok volatile food tercatat sebesar 0,01% month-to-month, menurun relatif signifikan dari bulan sebelumnya sebesar 1,42% month-to-month. Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 7,22% year-on-year, lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 6,73% year on year. Perkembangan inflasi volatile food didukung oleh pemingkatan pasokan komoditas aneka cabai seiring dengan perbaikan produksi. Penurunan inflasi volatile food ini juga tertahan oleh komoditas tomat, bawang merah, dan beras.
Untuk kelompok administered prices, pada Januari 2024 mengalami deflasi sebesar 0,48% month-to-month. Sementara secara tahunan kelompok ini tercatat sebesar 1,74% year-on-year, relatif lebih stabil dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,72% year-on-year. Nilai tersebut dipengaruhi oleh penurunan tarif angkutan udara setelah berakhirnya Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) Natal dan Tahun Baru, serta penyesuaian harga bahan bakar minyak nonsubsidi.
Selain penerapan kebijakan moneter, beberapa faktor ini juga menahan angka inflasi. Pertama, menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi pangan, serta mengantisipasi pergeseran musim panen. Kedua, memperkuat ketahanan pangan melalui peningkatan produktivitas dan hilirisasi pangan. Ketiga, memperkuat ketersediaan data pasokan pangan untuk perumusan kebijakan terkait pengendalian inflasi.









