Ketika harga dari suatu barang mengalami kenaikan atau lebih mahal dari yang sebelumnya, sudah dapat dipastikan pula angka inflasi mengalami kenaikan. Namun. tak perlu khawatir, keberadaan inflasi ini merupakan hal yang wajar yang biasa terjadi dalam suatu negara.
Bagaimana jika suatu negara mengalami keadaan inflasi nol persen? Hal itu berarti harga-harga suatu barang bisa dikatakan terjangkau dan tidak ada kenaikan. Apakah hal tersebut menguntungkan dan membawa manfaat baik bagi masyarakat? Sebelum mengetahui hal tersebut, kita perlu memahami inflasi serta penyebab bisa terjadinya suatu inflasi.
Apa yang Dimaksud Dengan Inflasi?
Mengutip dari Bank Indonesia (BI), inflasi merupakan peristiwa naiknya seluruh harga yang berlangsung secara terus menerus. Keadaan inflasi seperti ini digunakan oleh negara sebagai salah satu indikator perekonomian. Tingkat inflasi dipresentasikan dalam bentuk persentase yang artinya mata uang suatu negara membeli sekian persen lebih sedikit dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Dengan demikian, meskipun kamu punya sejumlah uang yang sama, maka uang tersebut akan kehilangan nilainya dikarenakan harga-harga terus melambung naik. Inflasi yang terjadi dengan terkontrol atau sesuai dengan target yang telah ditentukan oleh pemerintah dan bank sentral akan memberikan dampak yang baik untuk perekonomian suatu negara. Situasi inflasi yang terkontrol akan menjaga daya beli konsumen serta menjaga daya jual produsen.
Jenis-Jenis Inflasi
Berdasarkan tingkat keparahannya atau kenaikan harga dan juga sifatnya. Berikut ini penggolongan inflasi:
Berdasarkan Sifatnya
- Creeping Inflation
Inflasi jenis ini terjadi ketika kenaikan harga yang sangat rendah, hanya 2% per tahun atau bahkan kurang. Inflasi jenis ini dikatakan sebagai inflasi yang sehat, karena kenaikan harga yang berjumlah kecil dalam jangka waktu yang lama.
- Walking Inflation
Walking inflation terjadi ketika suatu negara mengalami kenaikan harga dari 3% hingga 10% per tahun.
- Galloping Inflation
Jenis inflasi ini terjadi saat terdapat kenaikan harga sebesar lebih dari 10% dalam kurun waktu yang singkat. Akibatnya orang-orang akan membeli suatu barang melebihi dari yang dibutuhkan guna menghindari kenaikan harga pada masa yang akan datang.
- Hyperinflation
Inflasi jenis ini terjadi ketika terdapat kenaikan harga yang secara terus menerus meningkat hingga 50 persen per bulannya. Hyperinflation sangat jarang terjadi. Salah satu contoh mulai terjadinya inflasi ini adalah ketika pemerintah mulai mencetak uang dalam jumlah yang banyak untuk membayar kepentingan negara yang sangat penting seperti perang.
Baca juga Sebut Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh 5%, Walau Inflasi Akan Tinggi
Berdasarkan Kenaikan Harga
- Inflasi Ringan
Jika pada suatu negara mengalami kenaikan harga yang berada di bawah 105 per tahun.
- Inflasi Sedang
Apabila di suatu negara terdapat kenaikan harga mulai dari 10% hingga 30% per tahunnya, maka dapat dipastikan negara itu sedang dalam inflasi sedang.
- Inflasi Berat
Jika pada suatu negara mengalami kenaikan harga sebesar 30% hingga 100% per tahun.
- Inflasi Sangat Berat
Suatu Fenomena yang terjadi saat suatu negara mengalami kenaikan harga yang mencapai lebih dari 100% per tahun.
Berdasarkan Asalnya
Suatu inflasi dapat terjadi dalam sebuah negara yang disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal dari negara tersebut, berikut contohnya:
- Inflasi dari Dalam Negeri
Inflasi jenis ini biasanya disebabkan oleh beberapa hal contohnya ketika terdapat defisit anggaran belanja secara terus menerus dan lain sebagainya. Dengan demikian, pemerintah akan memberikan instruksi kepada bank sentral untuk lebih banyak mencetak uang agar dapat memenuhi kebutuhan pemerintahan.
- Inflasi dari Luar Negeri
Inflasi ini sering disebut dengan imported inflation, hal ini terjadi saat terdapat suatu inflasi pada sebuah negara, sehingga mengakibatkan barang-barang impor juga mengalami kenaikan.
Baca juga Kenali Penyebab Ekonomi Global Gelap di Tahun 2023
Apa yang Menyebabkan Terjadinya Inflasi?
Suatu negara yang mengalami keadaan inflasi dapat disebabkan karena hal-hal sebagai berikut:
Tingginya Permintaan, Namun Penawarannya Kecil
Penyebab situasi inflasi ini berkaitan dengan hukum permintaan serta hukum penawaran. Apabila permintaan akan suatu barang, misalnya minyak goreng, tinggi saat ketersediaannya kecil, bisa dipastikan harga minyak goreng tersebut akan mengalami kenaikan harga.
Kenaikan harga minyak goreng tersebut pastinya akan membawa konsekuensi naiknya inflasi. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, keadaan seperti ini adalah cerminan naiknya harga-harga barang.
Kenaikan Ongkos Produksi
Pada suatu waktu, ongkos produksi yang naik kemudian berakibat pada naiknya harga-harga barang yang dijual. Meningkatnya ongkos produksi tentu saja bukan semata-mata karena pengusaha menginginkan keuntungan yang besar, tapi dipengaruhi oleh harga bahan baku yang mengalami kenaikan. Ongkos produksi yang naik diiringi dengan kenaikan harga-harga barang, tentu berakibat pada meningkatnya angka pada inflasi.
Adanya Kenaikan Gaji Juga Dapat Mendorong Meningkatnya Inflasi
Dengan adanya kenaikan, jumlah uang yang beredar juga akan menjadi banyak. Peredaran uang yang banyak jelas mengakibatkan inflasi yang meningkat. Mengapa Demikian? Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan gaji tersebut terkait dengan naiknya ongkos produksi suatu perusahaan. Suatu perusahaan tentu perlu menyesuaikan harga jual produknya agar mendapatkan laba atau profit yang berarti harga barang juga akan naik.
Di Indonesia, Bank Sentral menargetkan tingkat inflasi pada kisaran 3,5%. Sementara itu, di negara lain yang sudah maju seperti Jepang, Eropa dan Amerika Serikat menargetkan inflasi inti sebesar 2%.
Terkadang inflasi akan berada di atas target atau di bawah target. Apabila bank sentral menargetkan keadaan inflasi sebesar 0%, maka inflasi akan negatif untuk beberapa periode. Inflasi yang rendah bisa mengakibatkan tingkat suku bunga yang lebih rendah, karena ketika mengeluarkan pinjaman, yang memberikan pinjaman akan meminta premi untuk memperhitungkan inflasi.
Dampak Keadaan Inflasi Nol Persen
Beberapa dampak yang dapat terjadi ketika suatu negara mengalami keadaan inflasi sebesar 0%, yakni sebagai berikut:
Turunnya Suku Bunga
Tinggi maupun rendahnya suku bunga disesuaikan dengan tinggi rendahnya situasi inflasi. Semakin tinggi inflasi, semakin tinggi suku bunga. Begitu juga sebaliknya.
Suku bunga yang dijadikan acuan tersebut dinaikkan maupun diturunkan oleh bank sentral atau Bank Indonesia. Apabila suku bunga dinaikkan, maka Bank Sentral sedang mendorong publik agar menyimpan uangnya di bank. Ingat, naiknya suku bunga menjadi acuan sama dengan naiknya bunga deposito.
Dengan demikian, diharapkan kenaikan suku bunga acuan ini dapat menekan lawannya yakni keadaan deflasi. Hal sebaliknya terjadi seandainya tingkat kenaikan berada pada tingkat yang begitu rendah. Bank sentral akan mengambil langkah menurunkan suku bunga. Tentu saja keuntungan dari deposito pun menurun.
Akan tetapi, turunnya suku bunga menguntungkan bagi debitur yang mengambil kredit atau pinjaman. Mereka tidak dibebankan oleh bunga yang besar saat akan membayar cicilan nanti, melainkan kemungkinan bunganya bisa kecil nilainya.
Terpangkasnya Pajak Penghasilan
Dampak lain yang ditimbulkan dari keadaan atau situasi di angka nol persen yakni menurunnya Pajak Penghasilan (PPh). Dampak lainnya dapat berupa kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dari Rp 54 juta berubah menjadi Rp 65 juta.
Pemerintah menurunkan pajak penghasilan dilakukan bukan tanpa alasan. Kebijakan ini sendiri diharapkan supaya masyarakat tetap bergairah buat belanja. Dengan begitu, inflasi tidak akan berubah angkanya menjadi minus.
Mengurangi Ketidakpastian
Perlu diketahui bahwa, keadaan inflasi seperti ini berpeluang menyebabkan terjadinya kenaikan terhadap harga-harga barang secara tidak menentu atau pasti. Apabila tingkat inflasi terdapat pada angka nol persen dalam jangka waktu yang cukup panjang hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian harga dari suatu barang.









