Apa Itu Resesi Ekonomi?

Beberapa waktu belakangan ini kata ‘gelap’ yang di hubung-hubungkan dengan perekonomian tahun 2023 kerap kali terdengar. Gelap yang dimaksud adalah resesi. Resesi sendiri sebenarnya sebuah kondisi dari suatu hal yang dapat dikatakan ‘tidak baik-baik saja’. Sama halnya seperti yang akan dibahas dalam artikel ini, yaitu resesi ekonomi.

Secara sederhana resesi ekonomi dapat diartikan sebagai kondisi dimana perkonomian suatu negara sedang dalam keadaan yang tidak baik atau bisa dikatakan pertumbuhan ekonomi dalam negara tersebut memperlihatkan tren negatif dalam 2 kuartal berturut-turut. Lantas, apa sebenarnya resesi ekonomi itu? seperti apa dampaknya? Mari simak informasinya di bawah ini.

 

Mengenal Resesi Ekonomi

Istilah resesi bukanlah suatu hal baru bagi sebagian banyak masyarakat maupun negara. Kata resesi ini dapat menjelaskan sebuah kondisi atau situasi yang sedang dialami. Sama halnya dalam perekonomian, jika resesi terjadi, maka dapat dikatakan bahwa perputaran ekonomi dalam suatu negara sedang mengalami kemerosotan atau penurunan yang cukup signifikan.

Kondisi tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu yang cukup panjang dan tentunya akan mempengaruhi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) suatu negara. Seperti yang kita ketahui, bahwa PDB merupakan suatu aktivitas ekonomi bagi negara dalam satu periode. Jadi, jika suatu negara mengalami aktivitas ekonomi yang buruk secara terus menerus dan selama dua periode berturut-turut, maka negara tersebut dapat dikatakan resesi, atau bahkan negara tersebut terancam mengalami kebangkrutan.

Sementara itu, NBER (National Bureau of Economic Research) yang berada di negara Amerika Serikat, mendefinisikan resesi sebagai kondisi dimana suatu negara mengalami penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan dalam jangka waktu beberapa bulan yang dilihat berdasarkan PDB riil, penghasilan, tingkat pengangguran, produksi industri, hingga penjualan grosir-ritel.

 

Penyebab Terjadinya Resesi Ekonomi

Timbulnya sebuah akibat tentunya karena ada sebab. Dalam hal ini, resesi ekonomi memiliki berbagai faktor yang melatarbelakangi terjadinya resesi ekonomi terhadap suatu negara. Berikut adalah beberapa faktor yang dimaksud:

  • Guncangan Ekonomi yang Mendadak

Hal ini menjadi salah satu pemicu adanya resesi ekonomi. Dimana guncangan ekonomi secara mendadak ini ditandai dengan menurunnya daya beli masyarakat, karena permasalahan finansial. Sama seperti yang terjadi beberapa tahun belakangan ini, yakni pandemi Covid-19. Adanya peristiwa tersebut, membuat guncangan ekonomi yang mendadak dan berdampak dalam perekonomian global.

  • Inflasi

Istilah Inflasi ini merupakan suatu kondisi naiknya harga secara terus menerus, baik pada harga barang ataupun jasa. Adanya inflasi ini tentunya akan sangat berdampak pada melemahnya daya beli masyarakat yang nantinya diikuti dengan penurunan produksi barang dan/atau jasa. Inflasi yang terus menerus terjadi akan mengakibatkan tingginya angka pengangguran hingga kemiskinan, dan saat itulah terjadi resesi.

  • Deflasi Berlebihan

Jika ada inflasi tentunya ada deflasi. Seperti yang kita ketahui bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidaklah baik, sama halnya dalam deflasi. Hal ini menjadi salah satu pemicu suatu negara menghadapi resesi. Deflasi ini merupakan suatu kondisi dimana harga barang dan/atau jasa turun dari waktu ke waktu yang akhirnya akan berimbas pada penghasilan atau upah yang dibayarkan mengalami penurunan.

Hal ini juga berlaku bagi pelaku usaha. Dengan demikian apabila masyarakat ataupun unit usaha berhenti untuk melakukan aktivitas ekonomi seperti membelanjakan uangnya, maka dapat memungkinkan kondisi ekonomi yang ada akan rusak.

  • Gelembung Aset Pecah

Selanjutnya, ialah pecahnya gelumbung aset. Kondisi ini menjadi salah satu pemicu terjadinya resesi bagi suatu negara. Hal ini dapat terjadi apabila investor mengambil keputusan yang salah. Sebagai contoh, pembelian saham ataupun properti yang dilakukan secara masif dengan menganggap harganya akan naik dengan cepat.

Lalu, pada saat keadaan ekonomi terguncang, pemilik saham ataupun properti tersebut melakukan penjualan secara terburu-buru (panic selling) yang mengakibatkan rusaknya pasar dan berujung pada resesi.

  • Penurunan Pada Pertumbuhan Ekonomi Selama Dua Kuartal Berturut-Turut

Hal ini menjadi salah satu penyebab atau tanda paling umum dalam suatu negara yang mengalami resesi. Turun ataupun melemahnya PDB (Produk Domestik Bruto) suatu negara tentunya akan membuat suatu negara tersebut mengalami resesi.

Baca juga: Perekonomian 2023 Gelap, Ini 5 Hal yang Harus Kamu Siapkan

 

Dampak Adanya Resesi Ekonomi

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, resesi ekonomi merupakan kondisi tidak baik-baik saja yang terjadi pada perekonomian suatu negara. Kita tahu bahwa sektor ekonomi ini memiliki pengaruh besar bagi berbagai sektor ataupun pihak. Jika pada sektor ekonomi mengalami penurunan maka tentunya akan banyak yang terdampak, baik pemerintah, perusahaan, pekeja, hingga pada sektor perpajakan. Berikut adalah penjelasannya:

  • Dampak Resesi Ekonomi Bagi Pemerintahan

Resesi ekonomi tentunya akan membawa dampak yang cukup berat bagi pemerintah. Saat resesi terjadi, maka angka pengangguran hingga kemiskinan akan meningkat. Dalam hal ini, pemerintah tentunya dituntut untuk memberikan bantuan dengan membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya. Alhasil, negara akan terus melakukan pinjaman kepada bank asing.

  • Dampak Resesi Ekonomi Bagi Perusahaan

Kondisi perekonomian dalam resesi tentunya akan berdampak pada perusahaan. Bagaimana peusahaan mau berjalan dengan baik apabila kondisi perekonomian sedang tidak baik. Alhasil perusahaan akan mengalami kebangkrutan dan ujung-ujungnya akan berimbas pada penurunan pendapatan dan mengancam arus kas perusahaan.

Akhirnya, kondisi tersebut mau tidak mau membuat perusahaan untuk melakukan pemangkasan pada biaya operasional, menutup cabang atau area bisnis, hingga mengambil keputusan berat dengan melakukan PHK kepada sejumlah karyawan.

  • Dampak Resesi Ekonomi Terhadap Para Pekerja

Jika berdampak pada perusahaan, maka akan berimbah pada pekerja. Banyaknya lapangan pekerjaan ataupun perusahaan yang tidak sanggup bertahan dalam kondisi resesi ini membuat banyak orang atau pekerja yang mau tak mau kehilangan pekerjaannya karena PHK.

Sementara bagi pekerja yang tidak terkena PHK pun ikut merasakan kerugian karena adanya pemotongan upah yang didapat. Situasi seperti ini tentunya akan menciptakan ketidakstabilan sosial hingga kesenjangan yang semakin menjamur dimana-mana, bahkan dapat meningkatkan tindak kriminalitas yang cukup signifikan.

Baca juga: Sri Mulyani Sebut G20 Pantau Goncangan Ekonomi Dunia Hingga 2024

  • Dampak Resesi Bagi Perpajakan

Apabila suatu negara mengalami resesi, maka mau tidak mau sudah menjadi tanggung jawab negara dalam menyediakan hingga memberikan solusi kepada semua yang terdampak. Adanya resesi mengharuskan negara untuk mengambil langkah yang tepat dan disatu sisi membutuhkan dana.

Seperti yang kita ketahui, bahwa pemungutan pajak merupakan tulang punggung bagi negara dalam melakukan pembangunan nasional hingga mensejahterakan masyarakat. Dalam hal ini, hampir 82% pendapatan negara berasal dari pajak. Dengan demikian, dengan adanya resesi tentunya hal ini akan berdampak bagi sektor perpajakan, termasuk dalam pelaksanaan pemungutan pajak ataupun non pajak.

Ketidakstabilan kondisi finansial masyarakat hingga penurunan harga properti menjadi pemicu rendahkan penerimaan kas negara baik pada jumlah PPh (Pajak Penghasilan) maupun PPN (Pajak Pertambahan Nilai). Alhasil, dengan adanya semua tuntutan yang ada serta menurunnya pemasukan pendapatan pajak, akan membuat negara mengalami defisit pada anggaran dan utang pemerintah akan menjadi lebih tinggi.