INDEF Dorong Reformasi Insentif Pajak Berbasis Kinerja

Reformasi Pajak Diusulkan untuk Menyesuaikan Tantangan Global

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) melalui Kepala Departemen Makroekonomi, M. Rizal Taufikurahman, menyarankan pemerintah Indonesia untuk mempertimbangkan perubahan strategi dalam pemberian insentif pajak. Rizal menekankan bahwa insentif sebaiknya diberikan berdasarkan kinerja nyata perusahaan, bukan sekadar sektor prioritas yang ditetapkan dalam dokumen formal.

Usulan ini muncul di tengah tantangan baru yang dihadapi perekonomian global, termasuk koreksi proyeksi pertumbuhan Indonesia oleh Dana Moneter Internasional (IMF) dari sebelumnya 5,1% menjadi 4,7% untuk tahun 2025.

“Dalam kondisi global saat ini, perlu reformasi perpajakan yang lebih agresif dan tepat sasaran. Tax holiday sebaiknya diberikan dengan pendekatan berbasis kinerja, bukan hanya berdasarkan penetapan sektor prioritas,” ujar Rizal dalam sebuah diskusi virtual, Senin (21/4/2025).

Pentingnya Kepastian Berbisnis di Tengah Besarnya Potensi Pasar

Selain pajak, Rizal juga menyoroti pentingnya optimalisasi kebijakan investasi melalui perbaikan sistem Online Single Submission (OSS). Ia menilai bahwa meskipun pasar domestik Indonesia menawarkan potensi besar, masih terdapat kesenjangan yang cukup lebar antara desain kebijakan dan realisasi implementasinya di lapangan.

Menurut Rizal, investor tidak cukup hanya diberikan insentif atau “karpet merah”. 

“Yang lebih penting bagi mereka adalah kepastian hukum, stabilitas kebijakan, dan kemudahan dalam berusaha,” jelasnya.

Baca juga: Dampak Pajak Minimum Global 15% bagi Indonesia

Rekomendasi Tambahan: Konsumsi, Pembiayaan, dan Sektor Riil

Dalam paparannya, Rizal memberikan sejumlah rekomendasi tambahan untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional:

1. Peningkatan Konsumsi Berkualitas

Meningkatkan konsumsi masyarakat dinilai krusial melalui:

  • Peningkatan upah riil pekerja.
  • Penguatan program perlindungan sosial adaptif, yang mampu membantu kelompok rentan tanpa mendistorsi dinamika pasar kerja.
  • Perbaikan mekanisme penetapan upah dan perluasan pelatihan tenaga kerja berbasis kebutuhan industri.

2. Penguatan Sektor Keuangan Domestik

Rizal juga menekankan pentingnya memperbesar pembiayaan ke sektor produktif seperti:

  • UMKM dan startup teknologi.
  • Perluasan akses pembiayaan jangka panjang melalui obligasi hijau dan sukuk wakaf linked projects.

Langkah ini diharapkan dapat mendukung transformasi ekonomi nasional yang lebih berkelanjutan.

3. Menjaga Stabilitas Makroekonomi

Pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) diharapkan tetap menjaga:

  • Stabilitas inflasi.
  • Nilai tukar rupiah.
  • Defisit fiskal yang terkendali.

Pengendalian harga pangan, menurut Rizal, juga menjadi kunci penting dalam menjaga daya beli dan konsumsi domestik, terutama di tengah ketidakpastian global dan risiko ketegangan perdagangan internasional.

Fokus Baru: Reindustrialisasi Berbasis Rantai Nilai

Lebih jauh, Rizal menggarisbawahi perlunya reindustrialisasi yang berbasis pengembangan rantai nilai industri (value chain), bukan sekadar mengandalkan hilirisasi komoditas primer. Menurutnya, Indonesia perlu mengembangkan ekosistem industri berbasis teknologi menengah hingga tinggi, seperti:

  • Industri semikonduktor.
  • Baterai kendaraan listrik.
  • Komponen teknologi strategis lainnya.

Transformasi ini dipandang mampu meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global dan membuka peluang investasi baru di tengah perubahan dinamika perdagangan dunia.

Baca juga: Peran Insentif Pajak dalam Mendukung IPO di Indonesia

Respons Pemerintah: Langkah Antisipatif Terus Dilakukan

Sebagai respons atas tantangan global, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa pemerintah Indonesia terus mengambil langkah responsif. Upaya ini mencakup:

  • Negosiasi aktif dengan Amerika Serikat terkait kebijakan tarif resiprokal.
  • Penyusunan langkah deregulasi untuk meningkatkan daya saing dan memperkuat pertumbuhan jangka panjang.

Sri Mulyani juga menyatakan bahwa pemerintah tetap berkomitmen menjaga stabilitas makroekonomi nasional dalam menghadapi dinamika global yang berkembang cepat.

Perlunya Reformasi yang Berani dan Terukur

Rekomendasi dari Indef memberikan sinyal kuat bahwa mempertahankan pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan global memerlukan langkah reformasi fiskal dan investasi yang lebih progresif. Reformasi insentif pajak berbasis kinerja, optimalisasi iklim investasi, serta dorongan pada sektor produktif menjadi strategi penting yang harus dipertimbangkan untuk memperkuat fondasi ekonomi Indonesia ke depan.

Baca juga Berita dan Artikel Pajakku lainnya di Google News