Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah menerbitkan kebijakan penghapusan sanksi pajak untuk keterlambatan pembayaran dan pelaporan pajak selama masa transisi Coretax DJP melalui KEP-67/PJ/2025. Kebijakan ini bertujuan memberikan kepastian hukum dan keadilan bagi Wajib Pajak yang mengalami keterlambatan bukan karena kelalaian, tetapi akibat kendala saat implementasi Coretax DJP.
Ringkasan Isi KEP-67/PJ/2025
Keputusan Direktur Jenderal Pajak KEP-67/PJ/2025 yang mulai berlaku sejak 27 Februari 2025 menjadi keputusan penghapusan sanksi administratif atas keterlambatan pembayaran dan/atau penyetoran pajak serta keterlambatan pelaporan atau penyampaian SPT (Surat Pemberitahuan) pada masa transisi Coretax DJP di awal tahun 2025.
Artinya, denda bunga maupun sanksi administrasi yang seharusnya dikenakan karena telat bayar atau telat lapor pajak dalam periode yang ditentukan, akan dihapuskan sepanjang keterlambatan bukan disebabkan kesengajaan Wajib Pajak. Dengan demikian, Wajib Pajak patuh yang mengalami kendala teknis tidak perlu khawatir akan denda keterlambatan pajak di masa transisi Coretax dengan pemberian relaksasi yang tercantum dalam KEP-67/PJ/2025.
Kriteria Penghapusan Sanksi Pajak
Untuk mendapatkan penghapusan sanksi, keterlambatan harus memenuhi beberapa kriteria utama, yaitu:
- Keterlambatan terjadi untuk jenis pajak dan masa pajak tertentu yang diatur dalam KEP-67/PJ/2025.
- Pajak yang terlambat dibayarkan atau dilaporkan harus diselesaikan sebelum batas waktu relaksasi.
- Keterlambatan bukan disebabkan oleh kesalahan wajib pajak, melainkan karena implementasi Coretax DJP.
Daftar Jenis Pajak yang Dihapus Sanksinya dalam KEP-67/PJ/2025
Penghapusan sanksi administratif pajak dalam KEP-67/PJ/2025 mencakup beberapa jenis pajak tertentu yang mengalami keterlambatan pembayaran atau pelaporan, antara lain:
Pembayaran/Penyetoran Pajak
- PPh Final Pasal 4 ayat (2)
- PPh Final atas Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (PPh 4 ayat (2) PHTB)
- PPh Pasal 15
- PPh Pasal 21
- PPh Pasal 22
- PPh Pasal 23
- PPh Pasal 25
- PPh Pasal 26
- PPN dan PPnBM
- Bea Meterai yang dipungut oleh Pemungut
Pelaporan Pajak
- SPT Masa PPh 21/26
- SPT Masa PPh Unifikasi
- Pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2) PHTB
- Pelaporan PPh Final UMKM & PPh Pasal 25
- SPT Masa PPN
- SPT Masa Bea Meterai
Baca Juga: PMK No.17 Tahun 2025: Aturan Baru Penyidikan Pajak dan Mekanisme Penghentian Kasus
Batas Waktu Relaksasi Penghapusan Sanksi Administratif
Berikut adalah batas waktu terakhir yang diberikan DJP untuk mendapatkan penghapusan sanksi administrasi sesuai KEP-67/PJ/2025:
Pembayaran/Penyetoran Pajak
|
Jenis Pajak |
Masa Pajak |
Batas Waktu Pembayaran/Penyetoran |
|
Januari 2025 |
28 Februari 2025 |
|
PPh Pasal 4 ayat (2) PHTB |
Desember 2024 |
31 Januari 2025 |
|
Januari 2025 |
28 Februari 2025 |
|
|
PPN dan PPnBM |
Januari 2025 |
10 Maret 2025 |
|
Bea Meterai yang Dipungut Pemungut |
Desember 2024 |
31 Januari 2025 |
|
Januari 2025 |
28 Februari 2025 |
Pelaporan Pajak
|
Jenis SPT/Pelaporan |
Masa Pajak |
Batas Waktu Pelaporan |
|
Januari 2025 |
28 Februari 2025 |
|
Februari 2025 |
31 Maret 2025 |
|
|
Maret 2025 |
30 April 2025 |
|
|
Desember 2024 |
31 Januari 2025 |
|
Januari 2025 |
28 Februari 2025 |
|
|
Februari 2025 |
31 Maret 2025 |
|
|
Maret 2025 |
30 April 2025 |
|
|
SPT Masa PPN |
Januari 2025 |
10 Maret 2025 |
|
Februari 2025 |
10 April 2025 |
|
|
Maret 2025 |
10 Mei 2025 |
Mekanisme Penghapusan Sanksi Administratif Masa Transisi Coretax DJP
Untuk Wajib Pajak yang mengalami keterlambatan dalam memenuhi kewajiban pajaknya di masa transisi Coretax, DJP tidak akan menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) sebagai bentuk penghapusan sanksi administratif. Jika STP telah diterbitkan atas sanksi administratif tersebut, kepala Kantor Wilayah DJP memiliki wewenang untuk menghapus sanksi administratif secara jabatan. Artinya, Wajib Pajak tidak perlu mengajukan permohonan khusus, karena penghapusan sanksi akan dilakukan langsung oleh DJP.









