BI Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen, Sinyal Optimisme Ekonomi Indonesia

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang diselenggarakan. Keputusan ini merupakan hasil dari evaluasi terhadap perkembangan ekonomi dan moneter terkini.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan untuk menahan suku bunga acuan didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain, Inflasi masih terkendali. Inflasi Indonesia pada bulan November 2023 tercatat sebesar 2,56% (yoy), sedikit lebih tinggi dari level bulan sebelumnya sebesar 2,28% (yoy). Namun, inflasi masih berada dalam rentang sasaran BI sebesar 2%-4%.

Peningkatan inflasi pada bulan November disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

  • Kenaikan harga bahan pangan, terutama cabai rawit dan bawang merah.
  • Kenaikan harga barang-barang impor, terutama minyak mentah dan batu bara.

Baca juga: Tarif Bunga Sanksi Administrasi dan Imbalan Bunga Pajak Periode Desember 2023

BI telah mengambil langkah-langkah untuk menjaga inflasi agar tetap terkendali, antara lain:

  • Mengintensifkan operasi pasar terbuka (OJK) untuk menyerap likuiditas di pasar.
  • Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga pangan.
    • Pertumbuhan ekonomi masih positif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 tercatat sebesar 5,01% (yoy), lebih tinggi dari perkiraan BI sebesar 4,7% (yoy). Pertumbuhan ekonomi yang positif ini didukung oleh beberapa faktor, antara lain pemulihan ekonomi global, peningkatan ekspor dan investasi, dan peningkatan konsumsi rumah tangga.

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap positif pada tahun 2023, meskipun diperkirakan akan melambat dari tahun sebelumnya. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 akan mencapai 4,7%-5,5%.

Faktor global yang masih perlu diwaspadai. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2023 akan melambat menjadi 2,9%, dari 3,6% pada tahun 2022. Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain perang di Ukraina, kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, dan perlambatan ekonomi China.

Perang di Ukraina telah menyebabkan kenaikan harga komoditas global, terutama minyak mentah dan batu bara. Kenaikan harga komoditas ini telah meningkatkan inflasi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Kenaikan suku bunga di Amerika Serikat juga telah menyebabkan aliran modal keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini telah menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah.

Perlambatan ekonomi China juga telah berdampak negatif terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan oleh China merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia. BI akan terus mencermati perkembangan ekonomi dan moneter terkini, serta melakukan penyesuaian kebijakan bila diperlukan.

Baca juga: Manfaatkan Bunga Tinggi Pada Deposito BPR

 

Dampak Keputusan BI

Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan pada tingkat yang sama dipandang sebagai sinyal positif yang menjanjikan bagi perekonomian Indonesia. Tindakan ini secara tegas mencerminkan optimisme yang masih dipegang teguh oleh BI terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Tanah Air untuk tahun 2023.

Lebih lanjut, dampak positif dari keputusan BI ini dapat dirasakan secara substansial di sektor riil, khususnya bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Penetapan suku bunga acuan yang rendah menjadi kunci utama dalam menciptakan lingkungan finansial yang kondusif, dengan menghasilkan biaya kredit dan deposito yang lebih terjangkau.

Dengan demikian, langkah ini diharapkan dapat memberikan dorongan signifikan terhadap pertumbuhan kredit dan investasi, memberikan keuntungan langsung bagi UKM yang seringkali memerlukan akses modal untuk pengembangan usaha mereka.

Walaupun demikian, tak dapat diabaikan bahwa keputusan BI ini juga membawa dampak negatif yang patut dipertimbangkan, terutama dalam konteks sektor keuangan, dengan fokus utama pada sektor perbankan. Penetapan suku bunga acuan yang rendah memiliki potensi untuk merampingkan margin keuntungan perbankan, memaksa mereka untuk beroperasi dengan margin yang lebih tipis.

Dengan demikian, dapat diprediksi bahwa perbankan akan lebih berhati-hati dan selektif dalam menyediakan kredit, mengingat perubahan dinamika keuangan yang diinduksi oleh kebijakan BI tersebut.

 

Analisis Ekonom

Ekonom Bank Mandiri, Ihsanul Hazim, menilai keputusan BI untuk menahan suku bunga acuan merupakan keputusan yang tepat. Hal ini karena inflasi Indonesia masih berada dalam rentang sasaran BI. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga masih positif, meskipun diperkirakan akan melambat.

Namun, Ihsanul mengingatkan bahwa BI perlu mewaspadai dampak negatif dari keputusan ini terhadap sektor keuangan. Menurutnya, BI perlu terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan perbankan untuk menjaga stabilitas sektor keuangan.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet, juga menilai keputusan BI untuk menahan suku bunga acuan merupakan keputusan yang tepat. Hal ini karena, BI perlu memberikan ruang bagi pertumbuhan ekonomi untuk pulih sepenuhnya. Namun, Yusuf juga mengingatkan bahwa BI perlu mewaspadai risiko inflasi yang dapat meningkat di tahun depan.